Thursday, October 27, 2011

4 Kiat Bersyukur

Kembali lagi disela-sela kesibukan saya (ngerjaken tugas kelompok, individu, pokoke tugas terusss...semangat Jeng!!), tetep keukeh pengen nulis lagi dan lagi. Ngeblog memang menyenangkan ya ^^ Kalau membaca judul di atas pasti sebagian dari kalian bisa menebak apa yang kali ini saya tulis. Siapa sih yang nggak pernah bersyukur? Ada? Atau lupakah kalian untuk mensyukuri apa-apa yang telah tersedia di Jagat Raya ini? Bukan lupa, kemungkinan terbesar terlalu fokus pada apa yang ada sehingga ucapan syukur pun jarang terlontar.

Thursday, October 20, 2011

Resep Tangtehu Kering Mercon


Tangtehu Kering Mercon sebenarnya diambil dari kata 'kentang, tempe dan tahu' lebih familiar disebut sambel goreng. Kenapa ada 'merconnya'? Sebenarnya ini lebih kecita-rasa pedasnya yang greget. Karena saya penyuka masakan pedhas, jadi kali ini saya kasih embel-embel mercon supaya meledak di lidah :p

Monday, October 3, 2011

Book Review: Sebelas Patriot

Dalam novel ketujuhnya Andrea Hirata yang berjudul "Sebelas Patriot" ini-penulis lebih banyak menceritakan pengalaman pribadinya dalam dunia persepakbolaan, pengalaman ayahnya sebagai salah satu pemain sepak bola pada masa penjajahan Belanda sampai pada makna sepakbola itu sendiri di kalangan semua orang baik perempuan maupun laki-laki.

Diceritakan dalam buku setebal 112 halaman ini, Ikal sebagai seorang anak kuli parit tambang di bawah pimpinan Distric beheerder Van Holden yang membawahi wilayah ekonomi pulau Bangka dan Belitong. Sementara ayah Ikal, serta dua saudaranya akrab dikenal sebagai tiga bersaudara yang saat itu kondang karena mereka-si sulung bertindak selaku gelandang, adik tengahnya melesat ke posisi kanan luar dan si bocah bungsu sebagai pemain sayap kiri berhasil membuat Van Holden terpana berkat pelatih Amin. Namun sayang, tiga saudara ini akhirnya dibangkucadangkan pada sebuah pertandingan bola yang disaksikan oleh para petinggi meskapai serta Van Holden. Pada pertandingan-pertandingan bola selanjutnya mereka dilarang tampil namun nekat tampil karena mereka tahu bahwa sepak bola adalah kegembiraan rakyat jelata yang mendukung mereka. Lapangan bola adalah medan pertempuran untuk melawan penjajah hingga berujung pada penangkapan tiga bersaudara dan pelatih Amin. Akibatnya, ayah Ikal pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur-dengan demikian dia takkan pernah bisa main sepak bola lagi.